Kamis, 13 Desember 2007

Ketika Ateng mencari cinta

Dasar pelawak, cara yang ditempuh Ateng (61) untuk mendapatkan cinta Reni (49), sang istri, pun sangat unik. Hanya untuk sebuah alasan agar boleh bertandang ke rumah, Ateng nekat menabrak Reni dengan motor.

Beberapa tahun silam, ketika mendiang Ateng masih hidup, dia pernah mengungkapkan bahwa cintanya adalah cinta pertama. Kali pertama melihat Reni dia sudah yakin kalau wanita itu adalah bakal istrinya. Selain ayu Reni juga punya sifat keibuan. Ciri yang selalu diidolakan Ateng.
Pertemuan pertama di SMA Marsudirini, Jakarta, 32 tahun silam itu pun selalu dikenang Ateng. Saat melihat paras wanita yang punya nama komplet Theresia Maria Reni ini dari atas panggung hati Ateng langsung kebat-kebit. Efeknya, pertunjukkan Ateng bersama Bing Slamet cs waktu itu jadi kacau balau. Lawakan Ateng yang biasanya yahud jadi melempem. “Peran saya kan sangat dominan. Jadi kalau saya mainnya jelek permainan tim juga ikut jelek ,” kenang Ateng.
Tak pelak, usai pentas Bing Slamet langsung menegurnya. Kata Bing pada Ateng, “Teng kalo main yang profesional dong. Meski levelnya hanya tingkat sekolahan tapi harus tetap serius,”.
Namanya juga sedang jatuh cinta. Omelan Bing Slamet pun masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Tak digubris sama sekali. Yang terbayang hanya wajah gadis itu. Tapi dia masih SMA sedang Ateng sendiri sudah berusia 32 tahun. Ada beda 12 tahun. Duh..Ateng pun jadi termenung-menung.
Untungnya Bing Slamet sangat pengertian. Menurut Ateng, setelah tahu dirinya sedang jatuh cinta, Bing Slamet yang semula marah balik mendukungnya habis-habisan. “Kalau kamu emang seneng kejar aja Teng,” tutur Ateng menirukan nasihat Bing Slamet. Ateng pun jadi mantap untuk berjuang.
Sinyal-sinyal cinta pun mulai dilancarkan. Kebetulan rumah keduanya tak terlalu jauh. Otomatis Reni sering juga melintasi rumah Ateng. Entah itu mau berangkat sekolah atau sekadar pergi kursus. Sebagai pria yang tengah kasmaran Ateng tak tinggal diam. Digodanya Reni yang tengah melintas, dari sekadar menyuitinya sampai coba mengajaknya bercakap. Tapi itu sia-sia. Reni tetap membisu. Sampai-sampai terlontar godaan dari mulut Ateng, “Hei, cakep-cakep budeg.”
Saat ditanya bagaimana perasaannya saat digoda seperti itu, Reni menjawab,” ya tersinggung dong,”. Ternyata, meski Ateng mengaku tergila-gila sejak pandangan pertama, tapi Reni tak mengalami hal serupa. “Saat pertama kali liat biasa-biasa aja tuh,” jawab Reni sambil tersenyum. “Tahu dia seorang bintang film pun tidak.”
Tapi Ateng menolak bila cintanya dianggap bertepuk sebelah tangan. Cuma perjuangannya sangat berat. Toh, Ateng tak menyerah, pasti ada jalan pikirnya. Apalagi semua teman terutama Iskak sangat mendukungnya. Benar juga, setelah merenung akhirnya ketemu juga sebuah ide. “Akan saya kuntit terus saya tabrak dia pakai motor,” ucap Ateng sambil terkekeh geli.
Suatu sore, saat Reni melintas di bilangan Gunung Sahari dengan sepeda merahnya, Ateng pun telah bersiap dengan motor suzuki-nya. Duar.., cerita Ateng, Reni pun terjatuh. “Dia jatuh, saya senang,” ucap Ateng. Buku-bukunya terlempar dan berserakan di jalan Tapi Ateng tak bantu memungutnya. “Bantu gimana, wong mau turun dari motor aja susah,” ujar Ateng sambil terkekeh.
Usai peristiwa itu Ateng jadi punya alasan untuk main ke rumah Reni. “Untuk minta maaf dong,” jelas Ateng. Sayangnya, waktu Ateng berkunjung ke sana Reni susah ditemui. “Tapi saya nggak putus asa,” celetuk Ateng. Akhirnya, setelah sekian kali mencoba kesempatan emas datang juga. Suatu sore Reni terlihat berdiri di depan rumah sambil momong keponakannya. “Langsung saya samperin sambil pura-pura nggodain ponakannya. Minta maafnya juga nggak ketinggalan dong,” papar Ateng.
Saat ditemui Reni terlihat tersenyum-senyum sendiri bila diingatkan akan peristiwa itu. Karena jurus Ateng itu sangat ampuh untuk meluluhkan hatinya.Terbukti, pasca ‘kecelakaan’, hubungan mereka berdua jadi kian rapat. “Mas Ateng seneng banget ngirim puisi-puisi yang romantis,” kenang Reni. Alhasil, 8 Agustus 1972 mereka berdua berikrar untuk jadi sepasang kekasih. Pakai I love you nggak? “Pakai tapi lewat surat,” jawab Reni sambil tersenyum.
Saat ditanya apa yang membuat Reni mau menerima Ateng, ternyata jawabannya diluar dugaan. Bukan karena Ateng orang terkenal atau juga karena Ateng sosok yang humoris. “Mas Ateng tuh orangnya lembut,” jawab Reni. Mendengar jawaban ini Ateng yang duduk di sebelahnya langsung menebarkan senyum sambil buru-buru menimpali, “Saya kan merasa nggak ngganteng, nggak cakep, elek. Tapi saya punya kelebihan, saya sangat menghormati wanita,” timpal Ateng serius.
Berkat kelembutannya ini Ateng sempat jadi playboy juga alias sempat punya pacar banyak. Tapi itu sebelum menjalin hubungan dengan Reni. Sedang Reni kebalikannya, baginya Ateng adalah pacar pertamanya. “Jadi bisa dibilang Reni adalah pacar terakhir saya sedang saya adalah pacar pertama Reni,” seloroh Ateng.

Jadi pelit
Ateng kembali bertutur kalau sejak punya pacar gaya hidupnya jadi berubah. “Saya jadi pelit,” ujar Ateng. Pikirannya pengen kawin melulu. “Pikiran saya pokoknya udah positif dah. Otomotis saya kan harus nabung,” timpalnya. Alhasil, kawan-kawannya yang dulu sering menikmati traktiran Ateng harus garuk-garuk kepala.
Masa pacaran pun tak sepenuhnya romantis, soalnya usai menamatkan studi di SMA Marsudirini Reni harus segera pulang ke rumah orangtuanya di Blora, Jawa Tengah. So, pacaran jarak jauh mau-tak mau harus dilakoni juga.
Ini tak menjadi masalah bagi Ateng, yang menjadi problem justru ketika Reni berucap ingin melanjutkan sekolah ke Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Apalagi saat Bing Slamet, sosok yang sangat dituakan oleh Ateng memberinya sebuah nasihat, “Kalau dia di sana kuliah lagi bahaya Teng, cewek lo itu kan melek juga, kalau dia di sana disabet orang lain bisa berabe tuh.”
Akhirnya Ateng memutuskan untuk melarang Reni melanjutkan kuliah. Hal ini membawa konsekwensi kalau dia harus menunjukkan itikat yang serius pada orangtua Reni. Karena tekad sudah bulat Ateng pun nekat mengunjungi orangtua Reni di Blora. Sendirian dia ke sana. “Emak saya kan orang desa, dia nggak mau ikut karena dia baru mau datang ke sana kalau sudah matang aja,” tandas Ateng. Di Blora, Ateng kemudian berikrar di hadapan orangtua Reni kalau dia serius terhadap anaknya. Dan, kalau uang yang terkumpul dirasa sudah mencukupi Ateng akan segera meminangnya.

Serba delapan Agustus
Delapan Agustus merupakan tanggal istemewa bagi Ateng. Semua hal penting dalam hidupnya seolah harus terjadi pada tanggal itu. Tengok saja hari ulangtahunnya, tanggal delapan Agustus. Lihat juga tanggal jadian pacarannya, tanggal delapan Agustus juga. Jangan-jangan menikahnya pun tanggal delapan Agustus? “Lha memang iya,” jawab Ateng sambil tersenyum. Pelawak yang punya nama komplet Andreas Leo Ateng Suripto ini mengaku menikahi Reni pada 8 Agustus 1974.
Mas kawinnya masih ingat nggak?
“Tentu dong, tapi kebetulan saya kan bukan muslim jadi nggak pakai mas kawin, pakai sistem kekeluargaan atau sistem internasional gitu,” ungkap Ateng geli. Bukan berarti bila tanpa mas kawin lantas Ateng melamarnya modal dengkul doang. “Saya memberikan sebuah cincin,” tutur Ateng.
Pernikahan Ateng ini disambut sangat antusias oleh rekan-rekannya. Bing Slamet pun sempat menjanjikan akan membawa musik untuk merayakan pernikahan Ateng. “Tapi langsung saya cegah, oh jangan nanti malah ngrusak pager,” canda Ateng. Usut punya usut Ateng ternyata ingin merayakan pernikahan secara sederhana saja. “Kalau memenuhi usul Bing Slamet jangan-jangan pernikahan kami entar malah jadi pasar malam,”lanjut Ateng penuh canda.
Pernyataan yang berujar kalau pernikahan itu menyatukan dua perbedaan diamini juga oleh Ateng. Selama tigapuluh tahun menikah tak jarang muncul perbedaan-perbedaan antara keduanya. Tapi ini tak mengganggu bahtera rumah tangga mereka berdua. “Saya kadang sangat kesel dengan sifat Mas Ateng yang kelewat khawatiran banget sama saya. Misalnya saya mau pergi sendirian nggak pa pa tapi dia ngotot harus ikut,” ucap Reni.
Ateng pun langsung menimpali ucapan Reni tersebut dengan berkata, “Saya juga sering kesal juga dengan dia dengan sifat agak pelupanya. Misalnya mau pergi ke suatu acara saya sudah nunggu lama banget di mobil dan waktu jalan masih juga ada yang ketinggalan.”
Tapi Ateng juga sangat menyukuri punya istri semacam Reni. Wanita yang lebih senang jadi ibu rumah tangga ini punya hati yang lembut yang dapat memberikan kedamaian bagi Ateng seusai lelah bekerja. Dan dia juga merupakan jawaban bagi kegemaran Ateng yang doyan makan. “Dia tuh pinter masak,” puji Ateng.

!yoyok p maulana